Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur. OSA ditandai dengan adanya obstruksi jalan napas yang menyebabkan napas berhenti sesaat, baik secara total maupun parsial. Akibatnya, pengidap akan kekurangan oksigen dan berkali-kali terjaga, bahkan terbangun karena merasa tercekik.
Obstruksi atau sumbatan pada jalan napas mula-mula akan menyebabkan seseorang mendengkur. Dan bila ada penyumbatan penuh (apnea), akan menurunkan kadar oksigen darah sehingga menyebabkan seseorang terbangun tiba-tiba dengan gusar untuk berusaha bernapas, kemudian akan kembali tidur dengan cepat bahkan tidak sadar bahwa sudah terbangun. Gangguan tidur ini bisa terjadi berulang kali dalam semalam. Akibatnya, seseorang dapat merasa mengantuk di siang hari.
Kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan memunculkan keluhan sesak napas di malam hari. Pada wanita, kondisi ini terkadang bisa menyebabkan mendengkur saat hamil.
Pernapasan pengidap gangguan ini bisa terhenti beberapa kali selama tidur. Gejala khas dari obstructive sleep apnea adalah mengorok saat tidur. Selain itu, kondisi ini juga menyebabkan pengidapnya tetap merasa mengantuk dan lelah meskipun sudah tidur lama. Kondisi ini bisa sangat berbahaya, sebab kurangnya oksigen dan muncul keluhan sesak napas saat tidur.
Penyebab Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Obstructive sleep apnea terjadi saat otot di belakang tenggorokan terlalu rileks, sehingga jalan napas akan menyempit atau menutup. Saat terjadi pemblokiran udara sebagian atau sepenuhnya, otomatis kadar oksigen dalam darah akan menurun dikarenakan napas berhenti selama kira-kira 10-20 detik. Kurangnya oksigen menyebabkan otak menjadi panik dan membangunkan tubuh untuk bernapas kembali.
Sleep apnea disebabkan oleh berbagai faktor. Berikut adalah beberapa jenis sleep apnea menurut penyebabnya:
Obstructive sleep apnea
Obstructive sleep apnea terjadi ketika otot di belakang tenggorokan terlalu rileks. Kondisi ini membuat saluran pernapasan menyempit atau menutup saat menarik napas, misalnya karena lidah tertelan.
Central sleep apnea
Central sleep apnea terjadi ketika otak tidak dapat mengirimkan sinyal dengan baik ke otot yang mengontrol pernapasan. Hal ini menyebabkan penderita tidak bisa bernapas selama beberapa waktu.
Complex sleep apnea
Sleep apnea jenis ini merupakan gabungan dari obstructive sleep apnea dan central sleep apnea.
Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya obstructive sleep apnea, di antaranya adalah faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah adalah umur (semakin bertambah umur, kejadian meningkat), jenis kelamin (risiko laki-laki dua kali lebih tinggi dibanding wanita), dan bentuk serta ukuran napas yang tidak normal (bisa dikarenakan struktur kraniofasial, trakea kecil, atau penyebab lain).
Faktor yang dapat diubah di antaranya adalah faktor penyakit yang berhubungan dengan kegagalan atau gangguan pernapasan, misalnya asma atau hipertensi, serta faktor gaya hidup seperti merokok, mengonsumsi alkohol, penggunaan obat tidur, dan obesitas.
Faktor Risiko Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya OSA, yaitu :
Distribusi lemak di perut
Jenis kelamin, OSA paling sering dialami oleh laki-laki.
Umur, seiring bertambahnya usia, semakin besar juga risiko mengalami OSA.
Post menopause.
Pecandu alkohol.
Pengguna obat-obat penenang.
Tidur telentang.
Perokok.
Berjenis kelamin laki-laki
Berusia 40 tahun ke atas
Memiliki amandel dan lidah yang besar atau rahang yang kecil
Terdapat hambatan di hidung akibat tulang hidung yang bengkok
Memiliki penyakit alergi atau gangguan sinus
Mengonsumsi minuman beralkohol atau kecanduan alkohol
Mengonsumsi obat tidur
Merokok
Gejala Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Gejala khas dari kondisi ini adalah mengorok saat tidur. Selain itu, ada beberapa gejala OSA yang juga bisa dikenali, antara lain:
Mulut terasa kering saat terbangun.
Konsentrasi terganggu.
Depresi.
Hipertensi.
Daya ingat menurun.
Mengantuk.
Kepribadian berubah.
Sakit kepala di siang hari.
Pada banyak kasus, penderita tidak menyadari dirinya mengalami gejala sleep apnea. Gejala tersebut justru disadari oleh orang yang tidur sekamar dengan penderita.
Beberapa gejala umum yang muncul saat penderita sleep apnea sedang tidur adalah:
Mengorok dengan keras
Berhenti bernapas selama beberapa kali ketika sedang tidur
Tersengal-sengal berusaha mengambil napas atau sesak napas saat sedang tidur
Terbangun dari tidur akibat merasa tercekik atau batuk-batuk di malam hari
Sulit tidur (insomnia)
Selain gejala yang muncul saat tidur, penderita sleep apnea juga bisa merasakan keluhan setelah bangun dari tidur, antara lain:
Terbangun dengan mulut yang terasa kering
Sakit kepala ketika baru bangun tidur
Merasa sangat mengantuk di siang hari
Sulit berkonsentrasi, belajar, atau mengingat sesuatu
Mengalami perubahan mood dan mudah marah
Mengalami penurunan libido
Diagnosis Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Untuk mendiagnosis pengidap dengan OSA, dokter akan menanyakan keluhan-keluhan yang pengidap sering rasakan saat tidur, pola tidurnya, dan beberapa gejala seperti di atas. Dokter juga akan menanyakan kepada pasangannya tentang dengkuran yang sering dialami pengidap. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik yang berkaitan dengan faktor risiko OSA.
Cara mendiagnosis OSA adalah dengan melakukan PSG (polisomnografi). PSG merupakan uji diagnostik untuk memeriksa gangguan tidur yang dilakukan pada malam hari di laboratorium tidur yang dirancang sedemikian rupa. Pemeriksaan PSG meliputi beberapa komponen yang nantinya bertujuan menghitung berapa jumlah total apnea ditambah hypopnea setiap jam selama tidur.
Pada pemeriksaan ini, dokter akan memantau pola pernapasan dan fungsi tubuh pasien ketika sedang tidur, baik di rumah maupun di klinik khusus di rumah sakit.
Tes-tes yang dilakukan untuk mendeteksi sleep apnea adalah:
Tes tidur di rumah
Pada pemeriksaan ini, pasien akan membawa pulang alat khusus yang dapat merekam dan mengukur detak jantung, kadar oksigen dalam darah, aliran napas, dan pola napas ketika tidur.
Polisomnografi (nocturnal polysomnography)
Pada pemeriksaan ini, dokter akan menggunakan peralatan yang memonitor aktivitas jantung, paru-paru, dan otak, pola pernapasan, gerakan lengan dan kaki, serta kadar oksigen dalam darah saat pasien tidur.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa pasien menderita obstructive sleep apnea, dokter akan merujuk pasien ke dokter THT untuk menghilangkan sumbatan di hidung dan tenggorokan. Sementara itu, pada pasien yang menderita central sleep apnea, dokter akan memberi rujukan ke dokter spesialis saraf.
Komplikasi Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Kondisi ini tidak boleh dianggap sepele, sebab bisa memicu terjadinya komplikasi serius. Ada beberapa komplikasi yang bisa muncul akibat obstructive sleep apnea, antara lain:
Kelelahan di siang hari.
Masalah kardiovaskular.
Komplikasi dari obat-obatan dan pembedahan.
Masalah mata.
Pasangan yang kurang tidur.
Pengobatan Obstructive Sleep Apnea (OSA)
Pilihan pengobatan untuk mengatasi OSA terdiri dari terapi bedah dan non bedah. Terapi non bedah yang paling efektif untuk menurunkan gejala mendengkur adalah dengan menggunakan continuous positive pressure (CPAP). Namun, CPAP memiliki kelemahan yaitu terasa tidak nyaman saat dipakai karena hembusan udara bertekanan maupun akibat masker yang digunakan. Selain itu, terdapat juga efek samping berupa claustrophobia, sakit kepala, rhinitis, iritasi wajah dan hidung serta aerofagia.
Selain CPAP, ada juga terapi Bi-level PAPA yang membantu mengalirkan tekanan saat kamu menarik napas dan saat menghembuskan napas. Bedanya adalah pengidap bernapas dengan spontan. Keuntungan terapi ini adalah dapat mengurangi kerja pernapasan. Namun sayangnya, terapi ini tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi awal pengobatan OSA.
Sedangkan pilihan terapi bedah dapat dipertimbangkan hanya jika terapi non bedah tidak memberikan hasil yang efektif. Pilihan terapi bedah untuk mengobati OSA, antara lain operasi pengangkatan jaringan, stimulasi jalan nafas atas, penanaman generator impuls kecil, operasi rahang, dan implan.
Selain itu, obstructive sleep apnea juga bisa diatasi dengan mengubah gaya hidup yang tidak sehat, antara lain:
Menjaga berat badan ideal.
Mengurangi konsumsi alkohol.
Tidur dengan posisi miring.
Menghindari konsumsi obat penenang, nikotin dan kafein pada malam hari. Perbaiki juga kekuatan otot pernapasan bagian atas dan mekanisme pernapasan sentral.
Lagi-lagi, cara yang paling efektif untuk mencegah OSA adalah dengan memperbaiki gaya hidup seperti :
Kurangilah berat badan jika kamu kelebihan berat badan.
Berolahragalah dengan teratur.
Konsumsi alkohol secukupnya atau tidak sama sekali, dan jangan minum beberapa jam sebelum tidur.
Berhentilah merokok.
Jangan tidur telentang. Sebaiknya kamu tidur dalam posisi miring (menghadap ke kanan atau ke kiri).
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gangguan pernapasan saat tidur, serta terbangun dengan mulut kering dan mengalami depresi, mungkin itu tanda obstructive sleep apnea (OSA). Untuk memastikannya dan menghindari risiko komplikasi, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit.
Untuk Info Berobat Terapi di GSQ, Silahkan Hubungi KONTAK KAMI
Source : guesehat, halodoc, alodokter